Ada pendapat yang mengatakan bahwa, "Tidak ada kritikyang membangun. Kritik membongkar dan merobohkan bangunan yang salah berdiri. Tindak lanjut dari kritiklah yang mendirikan kembali bangunan di atas dasar yang benar." Maksudnya, kritik bukanlah untuk tambal sulam melainkan untuk evaluasi mendasar. Anda boleh setuju pandangan itu, boleh juga tidak. Namun kritik Amsal bagi orang benar, menolong dia untuk mengevaluasi hidup dan memperbaiki diri secara komprehensif. Sedangkan orang fasik perlu bertobat agar dapat dibangun sebagai orang benar.
Prinsip Amsal sejak permulaan adalah pilih hikmat dan tolak kebebalan. Ini adalah hal mendasar. Seperti membangun rumah yang harus didirikan dengan fondasi batu, bukan pasir (Amsal 12:3; band. Mat. 7:24-27). Oleh karena itu kritik Amsal di perikop ini harus ditanggapi dengan serius dan dijadikan dasar untuk membangun ulang hidup. Misalnya berkaitan dengan relasi dalam keluarga: keserasian dan kesehatian istri dan suami akan membuat keluarga bahagia (Amsal 12:4). Memang kritik di sini ditujukan untuk sang istri, tetapi prinsip sama berlaku untuk suami. Integritas menjadi dasar untuk menjalani hidup di dunia ini: integritas dalam motivasi (Amsal 12:5, 8), perkataan (Amsal 12:6, 13, 14), dan perbuatan (Amsal 12:10, 11).
Mengenal diri sendiri penting agar dapat memperbaiki diri, bila perlu dengan merubuhkan bangunan kehidupan yang telah keliru berdiri (Amsal 12:9, 15). Dibutuhkan pengendalian diri dan kerendahhatian untuk menerima kritik tanpa bersikap reaktif (Amsal 12:16). Apapun motivasi orang yang memberi kritik, kritik itu sendiri memberi kesempatan bagi kita untuk mengevaluasi diri dan mengizinkan Allah beroperasi, memperbarui kita dari dalam.
Kritik memang tidak menyenangkan, apalagi kalau disampaikan oleh orang yang bermaksud menjatuhkan kita, atau disampaikan dengan cara kasar tanpa peduli perasaan orang lain. Akan tetapi, Tuhan dapat memakai kritik untuk membentuk kita menjadi seperti yang Dia kehendaki.[keiyam].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar