Kesepian adalah
kesadaran pedih bahwa seseorang kurang memiliki hubungan yang dekat dan berarti
dengan orang lain. Kekurangan tadi menimbulkan kekosongan, sedih, pengasingan
diri bahkan keputusasaan. Perasaan ditolak dan citra diri yang rendah
mengembang, karena kita tidak dapat bergaul, atau kita merasa tersisih dan
tidak disukai, betapapun kerasnya kita berusaha untuk dimiliki.
Keadaan
masyarakat di mana kita hidup, menambah masalah kesepian. Untuk sementara
orang, sulit sekali mengembangkan identitas dan hubungan yang berarti di tengah
rimba birokrasi, spesialisasi, pengorganisasian dan kompetisi. Masyarakat yang
terus bergerak dan berubah, cenderung membuat orang merasa tak berakar dan
terpecah diri.
Kesepian dapat
melukai diri. Beberapa orang merasa sulit berkomunikasi dengan sesamanya atau
kurang keyakinan karena mereka memiliki citra diri yang buruk. Ada pula yang
menginginkan kebersamaan, tetapi keinginan untuk memiliki kepentingan dan
pengaturan diri sendiri, menghalanginya mengembangkan hubungan-hubungan yang
bermakna. Ketakutannya untuk membuka keberadaan batinnya telah membuat semacam
kelumpuhan sosial.
Salah satu
akibat kejatuhan ialah manusia menjadi terasing dari Allah. Keterasingan itu
membuat Adam dan Hawa bersembunyi dari Allah dan berusaha menutup diri. Mungkin
tiga keadaan ini, membantu kita mengerti keadaan orang yang kesepian. Keadaan
rohani kita dapat diungkapkan sebagai berikut: "Manusia dicipta dengan
suatu tempat khusus untuk Allah di hatinya, yang hanya Allah mampu
mengisinya."
Hanya jika kita
mendapatkan Kristus, kita akan mampu mengatasi kesempitan diri kita dan
mengembangkan perspektif hidup yang akan mengurangi pedihnya kesepian. Pemazmur
bersukacita atas perbuatan Allah dalam hidupnya, "Ia menyegarkan
jiwaku." (Mazm 23:2). Penyegaran ini menyingkirkan sebab-sebab
keterasingan kita. "Kamu ... dahulu hidup jauh dari Allah dan yang
memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang
jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh
kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di
hadapan-Nya." (Kol 1:21,22). Juga akibat lainnya ialah, hidup kita didiami
Roh Kudus. "Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus
yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa
kamu bukan milik kamu sendiri?" (1Kor 6:19).
Jadi, kita
menjadi utuh di dalam Dia. "Dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia, Dialah
kepala semua pemerintah dan penguasa." (Kol 2:10) "Manusia yang
terpisah dari Allah akan merasa hidupnya sepi arti dan mengalami kesunyian yang
mencekam. Cukup banyak orang memikul beban duka, kuatir, pedih dan kecewa;
tetapi kesepian terdalam dialami orang yang tenggelam dalam dosa."<<keiya meyoka>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar