Senin, 30 Juli 2018

JANGAN GAMPANG CURIGA ANTARA KITA

Kecurigaan yang berlebihan jelas tidak menguntungkan. Bukan hanya membuat hati kita tidak tenang, tetapi dapat juga menghancurkan relasi dengan sesama. Setidaknya hal ini tampak dari pengalaman Hanun, raja orang Amon. Hanun mencurigai niat baik Daud yang hendak menyampaikan rasa simpati atas kematian ayahnya. Saking curiganya, Hanun memperlakukan para utusan Daud dengan sangat tidak tidak hormat. Mereka bukan hanya ditangkap, janggut mereka juga dicukur sampai setengahnya, dan pakaian mereka pun dipotong hingga menyingkap bagian tubuh yang tak pantas terlihat. Tindakan itu bukan hanya menghina dan mempermalukan para utusan Daud, tetapi secara tidak langsung berarti menghina Daud juga. Sebab dalam budaya zaman itu, janggut menandakan kearifan dan derajat seseorang. Kaum laki-laki Israel membiarkan janggut memenuhi dagu dan rahang mereka untuk membedakan statusnya dengan para budak. Yang berdagu licin (tidak berjanggut) adalah kaum budak. Dengan demikian Hanun bukan hanya menolak tawaran persahabatan Daud, tetapi juga merendahkan derajat umat Israel setara budak. Sekali pun demikian, tidak ada petunjuk dalam teks yang menyatakan bahwa Daud marah atas ulah Hanun tersebut. Akan tetapi Hanun yang sudah dikuasai rasa curiga berlebihan kepada Daud kembali melakukan tindakan yang berakibat merugikan dirinya. Ia menyiapkan pasukannya untuk berperang melawan Daud. Bahkan ia menyewa puluhan ribu pasukan dari raja negeri Maakha, orang-orang Aram, dan orang-orang Tob (2 Samuel 10:6). Sedangkan Daud hanya mengirim Yoab dan pasukannya untuk menghadapi serangan Hanun. Alangkah berbahayanya jika sikap curiga menguasai pikiran kita. Kecurigaan yang membabi buta tidak membuahkan apapun yang baik. Maka jika ada keraguan di hati, mintalah petunjuk Tuhan melalui doa dan firman-Nya. Satu lagi hal lain yang mungkin berguna untuk dilakukan adalah de-ngan memperbanyak senyum di wajah Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar