Di
hadapan kami sekelompok anak-anak berpakaian lusuh, polos dan ceria. Umurnya
sebaya, hatinya bertanya-tanya, kapankah dirinya bisa bersekolah dan memimpin
daerahnya? Kebutuhan hidup makin tak terjangkau, hingga masing-masing anak tersebut
mulai ancung ikut mencari jalan dengan punca hatinya, hilanglah harapan mereka
untuk amanah ortu, Firman, dan Pengetahuannya, kapankah diri pribadi anak itu mau
berbelarasa? Maklum, seorang pemimpin memang dianggap sebagai orang yang paling
berperan dalam menentukan jalannya suatu organisasi, divisi, atau perusahaan.
Selain itu banyak orang membayangkan bahwa dengan duduk di kursi kepemimpinan
akan mendapatkan fasilitas dan kompensasi yang lebih baik dari sebelumnya dengan
jalan kemasan mengetahui bahwa akan dapat mempelajari perilaku dari situasi,
baik yang lalu maupun yang sedang dialaminya, dia akan mampu menghindari
penalti dari terulangnya kesalahan, baik dari kesalahannya sendiri mau pun dari
kesalahan orang lain. Yesus mengasihi dari antara anak-anak miskin; dipanggil
untuk menjadi pemimpin. Tuhan ajar kami sebagai rayat yang kecil yang ingin
membuka hati, mengulurkan tangan, menolong mereka yang sedang tak-tik demi
mencari nafkah alias kehidupan stan anak-anak bodoh yang tidak mempunyai
pendidikan yang bertaraf namun mereka belum pernah kuatir akan hidup mereka; akan
makanan atau minuman, dan juga kuatir akan tubuh mereka; busana apa yang mereka
butuhkan. Pandanglah burung-burung yang terbang; Bapa di surga menghidupinya; bukankah
kau di mata Bapamu, lebih berharga dari s’galanya? Salomo dalam kemegahannya, bertata
intan, kilau jubahnya; tetapi bunga bakung di lembah jauh lebih indah, elok
warnanya. Percayalah kepada Tuhanmu, Dia pun tahu kesusahanmu; segala takut dan
kuatirmu, serahkan saja pada Bapamu. Carilah dulu kerajaan-Nya; carilah juga
kebenaran-Nya, maka segala yang engkau perlu akan dilimpahkan oleh Bapamu.<<rintihan dari pemberi motto kabupaten dogiyai "DOGIYAI DOU ENA" oleh keiya meyoka>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar