Dia yang tidak mengenal dosa
telah dibuatNya menjadi dosa karena kita (2Korintus 5:21) dari sejarah kita
tahu bahwa keluarga-keluarga raja memperoleh perlakuan khusus. Mereka
seringkali bebas dari kuasa hukum atau ganjaran atau disiplin. Namun demikian,
putra-putra raja tetap harus mengetahui bahwa jika mereka berbuat salah, mereka
patut menerima hukuman. Ketika pangeran atau putri tidak taat atau melakukan
sesuatu yang memalukan di sekolah, hukuman ditimpakan kepada penggantinya yang
disebut "anak yang menangis."
Meskipun tak ada keraguan
tentang siapa sebenarnya yang bersalah, namun merupakan sesuatu yang tidak
mungkin bagi seorang pelayan untuk menghukum seorang anggota keluarga kerajaan.
Salib Kalvari memberikan
pandangan yang sangat berbeda tentang perbuatan dosa. Meskipun pelayan yang
melakukan kesalahan, rajalah yang menerima hukuman. Yesus Kristus, Raja Mulia,
menggantikan tempat kita saat Dia mati di kayu salib. Dia rela menjadi
"anak yang menangis" dan membayar lunas hukuman dosa-dosa kita.
Betapa besar kita berhutang
budi kepada Yesus Kristus! Bagaimana kita dapat melupakan bahwa kita telah
dibeli dengan suatu harga! Hal itulah yang mendorong Paulus untuk tetap pergi
saat orang-orang lain diam. Ia percaya bahwa karena kita memiliki pengganti,
Allah tidak menjadi murka lagi kepada kita. KeadilanNya yang mulia telah
dipuaskan. Kita memiliki sesuatu yang tidak pernah kita miliki sebelumnya,
yakni kebebasan untuk hidup dan mengasihi.
Kiranya hal ini memotivasi
kita orang Papua untuk mengabarkan kabar baik kepada orang lain! <<keiya
meyoka>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar