Rabu, 23 November 2016

ANAK YANG MENANGIS

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita (2Korintus 5:21) dari sejarah kita tahu bahwa keluarga-keluarga raja memperoleh perlakuan khusus. Mereka seringkali bebas dari kuasa hukum atau ganjaran atau disiplin. Namun demikian, putra-putra raja tetap harus mengetahui bahwa jika mereka berbuat salah, mereka patut menerima hukuman. Ketika pangeran atau putri tidak taat atau melakukan sesuatu yang memalukan di sekolah, hukuman ditimpakan kepada penggantinya yang disebut "anak yang menangis."

Meskipun tak ada keraguan tentang siapa sebenarnya yang bersalah, namun merupakan sesuatu yang tidak mungkin bagi seorang pelayan untuk menghukum seorang anggota keluarga kerajaan.
Salib Kalvari memberikan pandangan yang sangat berbeda tentang perbuatan dosa. Meskipun pelayan yang melakukan kesalahan, rajalah yang menerima hukuman. Yesus Kristus, Raja Mulia, menggantikan tempat kita saat Dia mati di kayu salib. Dia rela menjadi "anak yang menangis" dan membayar lunas hukuman dosa-dosa kita.

Betapa besar kita berhutang budi kepada Yesus Kristus! Bagaimana kita dapat melupakan bahwa kita telah dibeli dengan suatu harga! Hal itulah yang mendorong Paulus untuk tetap pergi saat orang-orang lain diam. Ia percaya bahwa karena kita memiliki pengganti, Allah tidak menjadi murka lagi kepada kita. KeadilanNya yang mulia telah dipuaskan. Kita memiliki sesuatu yang tidak pernah kita miliki sebelumnya, yakni kebebasan untuk hidup dan mengasihi.

Kiranya hal ini memotivasi kita orang Papua untuk mengabarkan kabar baik kepada orang lain! <<keiya meyoka>>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar