Misi pengabaran Injil adalah tugas gereja. Itu sebabnya,
setiap badan misi harus bekerja sama dengan gereja. Sebaliknya, gereja harus
mendukung upaya pribadi-pribadi Kristen dalam menyaksikan Kristus kepada orang
lain.
Sejak pertobatannya, Paulus sudah giat mengabarkan Injil,
terutama kepada bangsa-bangsa nonyahudi. Ia telah menghasilkan banyak petobat
baru dan banyak gereja selama belasan tahun. Namun, Paulus sadar bahwa
pengabaran Injil bukan tugas pribadi semata-mata melainkan tugas gereja. Itu
sebabnya, ia berkunjung ke Yerusalem untuk mendapatkan dukungan dari gereja dan
tokoh-tokoh Kristen di sana, "supaya jangan dengan percuma aku berusaha
atau telah berusaha" (Galatia 2:2). Maksudnya agar gereja yang terdiri
dari orang-orang nonyahudi (Antiokhia) disambut ke dalam persekutuan dengan
gereja Yerusalem. Paulus konsisten dengan tugas pengabaran Injil dan dengan
tegas menolak upaya memasukkan unsur-unsur budaya Yahudi yang pada hakikatnya
membelenggu kebebasan yang dihasilkan Injil sejati (Galatia 2: 4-5). Injil harus
kontekstual dengan masyarakat di mana Injil itu diberitakan. Itu sebabnya ia
membawa Titus yang tidak bersunat sebagai bukti hasil pelayanannya itu (Galatia
2:3). Reaksi gereja di Yerusalem menggembirakan. Para pemimpin gereja terbuka
melihat panggilan pelayanan Paulus kepada bangsa-bangsa nonyahudi sama seperti
panggilan pelayanan Petrus untuk bangsa Yahudi (Galatia 2:6-8). Gereja
mendukung penuh pengabaran Injil kontekstual Paulus (Galatia 2:9).
Tugas gereja bukan menghalang-halangi, sebaliknya mendukung,
memperlengkapi, dan mengutus umat Tuhan untuk memberitakan Injil kepada semua
bangsa di dunia ini. Injil sejati harus diberitakan tanpa embel-embel atau
muatan budaya lain yang hanya akan menghambat iman sejati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar