Ujian iman dapat menarik keluar semua karakter asli dalam diri
seseorang. Tak ada topeng yang dapat menutup-nutupi isi hati yang sesungguhnya
ketika orang bereaksi spontan terhadap ujian yang harus dia hadapi.
Hizkia telah melakukan reformasi dalam hal peribadatan di rumah
Allah. Ia juga menunjukkan kepercayaan kepada Allah saat harus menghadapi
Sanherib, raja Asyur. Namun kelemahan datang memunculkan diri tanpa disadari.
Hizkia jadi angkuh dan tidak berterima kasih atas kebaikan yang dia terima.
Maka Tuhan menjatuhkan murka-Nya (2 Tawarikh 32:25). Namun Hizkia kemudian
menyadari dosanya. Sebagai tindakan pertobatan, ia merendahkan diri di hadapan
Tuhan, bersama penduduk Yerusalem (2 Tawarikh 32:26). Murka Tuhan lalu surut.
Batu uji selanjutnya datang ketika raja-raja Babel datang
mengunjungi Hizkia. Kitab 2 Tawarikh memang tidak memaparkan apa yang terjadi
sesungguhnya. Namun dari kitab 2 Raja-raja kita menemukan bahwa saat itu Hizkia
memamerkan kekayaannya kepada raja-raja asing tersebut (2 Tawarikh 32:2Raj. 20:
12-21). Yang menarik, disebutkan bahwa waktu itu Allah membiarkan Hizkia
bertindak sendiri, agar Dia dapat menguji kedalaman hati Hizkia (2 Tawarikh
32:31). Sayangnya Hizkia tak lulus ujian. Pamer kekayaan itu tidak melahirkan
kebanggaan Hizkia akan Allah. Yang muncul justru kesombongan, seolah dialah
pemilik semua kekayaan itu. Raja, yang telah memimpin rakyatnya kembali kepada
pembaruan iman, ternyata menjadi lemah iman karena kesuksesan yang dia raih. Di
puncak keberhasilannya sebagai seorang raja, ia tergelincir justru karena
keberhasilannya itu. Ini menjadi peringatan bagi kita.
Kesombongan adalah sikap yang muncul dari anggapan bahwa
kesuksesan dan kekayaan diraih karena kemampuan kita, bukan karena anugerah dan
campur tangan Allah. Kita dapat disebut sombong bila sudah merasa diri
"lebih" bila dibandingkan orang lain. Maka mari menyelisik ke dalam
hati kita, adakah benih-benih kesombongan mulai tersemai di dalamnya? Jika ya,
mohonlah pengampunan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar