Senin, 05 September 2016

CEPAT DENGAR NAMUN LAMBAT BERKATA-KATA

CEPAT DENGAR NAMUN LAMBAT BERKATA-KATA

Betapa menjengkelkannya bila seseorang memotong pembicaraan kita dan seakan-akan ia telah tahu apa yang akan kita ucapkan,  kemudian melompat mengambil kesimpulan yang dibuatnya sendiri. Disadari atau tidak, kita sering melakukan hal seperti itu. Kita sering bersikap sok tahu ketika mendengar apa yang diungkapkan oleh orang lain. Memang kita mendengar kalimat-kalimat yang diucapkannya, tetapi kita tidak sungguh-sungguh memperhatikan apa  yang dikatakannya. Dan hasilnya adalah kesalahpahaman!
Baru-baru ini saya duduk di depan sepasang suami isteri yang sedang berdebat sengit. Mereka saling melemparkan tuduhan, melontarkannya pada saat yang bersamaan, dan terus menerus saling  memotong pembicaraan. Setiap kata yang mereka ucapkan membuat  kesalahpahaman bagaikan pisau menikam semakin dalam dan dalam, memperparah "luka" dalam hubungan mereka. Sangat sukar bagi saya saat itu untuk menyerukan gencatan senjata di tengah keriuhan perang  kata-kata itu.
Saya tidak dapat membayangkan apakah Yesus juga pernah terlibat dalam percakapan yang amat kasar seperti itu. Orang-orang  mendengarkan Dia, dan Dia mendengarkan mereka. Yakobus, dalam suratnya kepada jemaat mula-mula, menulis, "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga  lambat untuk marah" (/TB #Yakobus 1:9*). Saya yakin bahwa ia telah berulang kali melihat teladan ini di dalam diri Yesus.
Mendengarkan dengan penuh rasa hormat membuat kita mampu  mengendalikan amarah dan menghargai kebenaran. Marilah kita  mendengarkan pembicaraan orang lain dengan cermat dan menghindari tindakan yang terlalu cepat melompat ke kesimpulan  Saya tidak dapat membayangkan apakah Yesus juga pernah terlibat dalam percakapan yang amat kasar seperti itu. Orang-orang  mendengarkan Dia, dan Dia mendengarkan mereka. Yakobus, dalam  suratnya kepada jemaat mula-mula, menulis, "Setiap orang hendaklah  cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:9). Saya yakin bahwa ia telah berulang kali  melihat teladan ini di dalam diri Yesus.
Mendengarkan dengan penuh rasa hormat membuat kita mampu mengendalikan amarah dan menghargai kebenaran. Marilah kita mendengarkan pembicaraan orang lain dengan cermat dan menghindari tindakan yang terlalu cepat melompat ke kesimpulan. <<keiya meyoka>>  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar