CEPAT DENGAR NAMUN LAMBAT
BERKATA-KATA
Betapa menjengkelkannya bila
seseorang memotong pembicaraan kita dan seakan-akan ia telah tahu apa yang akan
kita ucapkan, kemudian melompat
mengambil kesimpulan yang dibuatnya sendiri. Disadari atau tidak, kita sering
melakukan hal seperti itu. Kita sering bersikap sok tahu ketika mendengar apa
yang diungkapkan oleh orang lain. Memang kita mendengar kalimat-kalimat yang
diucapkannya, tetapi kita tidak sungguh-sungguh memperhatikan apa yang dikatakannya. Dan hasilnya adalah
kesalahpahaman!
Baru-baru ini saya duduk di depan
sepasang suami isteri yang sedang berdebat sengit. Mereka saling melemparkan
tuduhan, melontarkannya pada saat yang bersamaan, dan terus menerus saling memotong pembicaraan. Setiap kata yang mereka
ucapkan membuat kesalahpahaman bagaikan
pisau menikam semakin dalam dan dalam, memperparah "luka" dalam
hubungan mereka. Sangat sukar bagi saya saat itu untuk menyerukan gencatan
senjata di tengah keriuhan perang
kata-kata itu.
Saya tidak dapat membayangkan apakah
Yesus juga pernah terlibat dalam percakapan yang amat kasar seperti itu.
Orang-orang mendengarkan Dia, dan Dia
mendengarkan mereka. Yakobus, dalam suratnya kepada jemaat mula-mula, menulis,
"Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk
berkata-kata, dan juga lambat untuk
marah" (/TB #Yakobus 1:9*). Saya yakin bahwa ia telah berulang kali
melihat teladan ini di dalam diri Yesus.
Mendengarkan dengan penuh rasa hormat
membuat kita mampu mengendalikan amarah
dan menghargai kebenaran. Marilah kita
mendengarkan pembicaraan orang lain dengan cermat dan menghindari
tindakan yang terlalu cepat melompat ke kesimpulan Saya tidak dapat membayangkan apakah Yesus
juga pernah terlibat dalam percakapan yang amat kasar seperti itu. Orang-orang mendengarkan Dia, dan Dia mendengarkan
mereka. Yakobus, dalam suratnya kepada
jemaat mula-mula, menulis, "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk
berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:9). Saya yakin bahwa
ia telah berulang kali melihat teladan
ini di dalam diri Yesus.
Mendengarkan dengan penuh rasa hormat
membuat kita mampu mengendalikan amarah dan menghargai kebenaran. Marilah kita
mendengarkan pembicaraan orang lain dengan cermat dan menghindari tindakan yang
terlalu cepat melompat ke kesimpulan. <<keiya meyoka>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar